Pada pendalaman
teori dan praktik di sekolah, siswa biasanya
hanya
bertemu dengan “simulated patient” atau “phantom” dan
kasus yang muncul pun adalah kasus fiktif. Situasi
ini memberi pengalaman belajar yang “aman” bagi siswa untuk menggali sebanyak-banyaknya ilmu
pengetahuan dan melatih keterampilan
mereka. Kondisi berbeda terjadi pada saat siswa melaksanakan praktik
klinik di lapangan. Di
lapangan siswa berhadapan dengan pasien yang berbeda-beda, unik dengan berbagai macam keluhan
dan permasalahan nyata. Ada pula staf
institusi pelayanan kesehatan yang mungkin
kurang
ramah, hingga adanya implikasi hukum bila terjadi kelalaian.
Situasi klinis
di lapangan yang dinamis dan sangat
kompleks, memaksa siswa menggunakan semua potensi dan
pengalaman belajarnya untuk berfikir kritis melakukan keterampilan teknis, dan
kemampuan memberikan tanggapan secara etis sesuai etika profesi dalam berbagai
situasi klinis. Satu situasi
belajar yang kadang membuat siswa cemas, bingung dan bahkan “siswa gagal”
mencapai tujuan dari pembelajaran klinik itu sendiri.
Hal
penting dari pembelajaran klinik ini sebenarnya adalah semangat dan cinta
terhadap apa yang dikerjakan. Mungkin pelayanan kesehatan yang diberikan
merupakan hal yang kecil bahkan menjijikkan dan hina dimata sebagian orang.
Tapi bagaimana dimata pasien?, umatNYA yang sedang membutuhkan bantuan? Tidak
semua orang mau dan mampu melakukan apa yang kalian lakukan lho… Tidak semua
orang bisa tetap control dan tersenyum saat di caci maki. Pernah diperlakukan
pasien demikian?
Kepada
siswa siswi SMK Jajaka Bartim yang sedang melaksanakan Praktik Klinik, tetap
semangat dan tersenyum ya… karena, praktik klinik akan memberi kalian pengalaman
dan gambaran nyata dunia kerja. Kalian juga diberi kesempatan untuk mempraktekkan,
mengembangkan, serta memadukan, semua pengetahuan dan pengalaman belajar kalian
hingga menjadi kompeten. Dan ingatlah bahwa “teori-teori baru dapat timbul dari
kayanya pengalaman klinis”.
No comments:
Post a Comment