16 October 2021

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh pada Tumbuh Kembang Remaja

DAMPAK PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ)
PADA TUMBUH KEMBANG REMAJA

Pendahuluan

Pertanyaan yang paling banyak dilontarkan masyarakat saat ini adalah “Kapan Pandemi Covid-19 berakhir?”. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam sebuah pernyataan di televisi, Senin, 26/7/2021 mengatakan bahwa banyak pakar yang melakukan prediksi kapan pandemi akan berakhir dengan menggunakan berbagai metode. Namun hingga saat ini, belum ada yang benar. “Saya bilang terus terang saya enggak tahu kapan pandemi ini berakhir” imbuhnya. Doa dan harapan terbesar kita semua saat ini tentu adalah berakhirnya pandemi covid-19, dan kita bisa beraktifitas seperti semula, seperti sebelum adanya pandemi ini. Tapi mungkinkah itu?. Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menuturkan bahwa mungkin saja Corona tak akan pernah hilang. Kemungkinannya bersifat 'permanen', dalam arti tidak akan hilang. Skenarionya itu, bisa menjadi 
endemik atau seperti flu musiman, tapi masih bisa merenggut nyawa. Kemungkinan yang disampaikan ketua satgas covid-19 IDI perlu kita cermati lebih jauh. Walaupun hanya berupa kemungkinan, tapi “Bagaimana bila corona benar-benar tidak akan pernah hilang?”, apakah artinya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menjadi salah satu solusi kementerian pendidikan dalam mencegah penularan covid-19 pada peserta didik, akan terus diterapkan?.


Dalam kanal youtube kemendikbud pada jumat 20/11/2020, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan bahwa dampak negatif terlalu lama PJJ adalah (1) ancaman putus sekolah, (2) Kendala tumbuh kembang, dan (3) Tekanan psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga. Dijabarkan bahwa kendala tubuh kembang antara lain adalah ketidakoptimalan pertumbuhan dan risiko “learning loss”. Pernyataan Mendikbud ini dibantah oleh Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji
yang mengatakan bahwa Harvard University punya kajian dari tahun 2009 yang dipublikasikan tahun 2014,  menunjukkan kalau sekolah virtual di sekolah yang tidak ada tatap mukanya sama sekali itu hasil belajarnya bisa lebih baik daripada sekolah yang tradisional, sekolah yang harus tatap muka

Perbedaan pendapat ini menarik untuk kita cermati bersama. Terlepas siapa yang benar dan yang salah, Diskusi dalam bentuk Webinar (gratis) yang dilaksanakan SMK Jajaka Bartim tanggal 14 Agustus 2021 hanya akan mendalami lebih jauh tentang  “Dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada Tumbuh Kembang Remaja”. Mengapa PJJ dikatakan dapat menyebabkan ketidakoptimalan pertumbuhan dan risiko terjadinya learning loss?

Pembahasan


Ketidakoptimalan Pertumbuhan pada Remaja
Remaja yang sudah pubertas akan memiliki kebutuhan energi dan nutrisi yang lebih besar dibandingkan masa sebelum pubertas. Remaja dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan perubahan komposisi tubuh, tentu harus diimbangi dengan sistem kerja organ-organ vital yang optimal seperti sistem sirkulasi yang lancar untuk mendistribusikan zat-zat makanan, respiratori yang mensuplai O2, sistem perkemihan yang membuang ampas tubuh, dan sebagainya yang bersinergi dengan sistem musculoskeletal membuat otot, jaringan ikat, saraf, tulang serta sendi dapat bertumbuh secara optimal. Salah satu factor penting yang menentukan kinerja yang optimal pada  sistem tubuh, khususnya untuk pertumbuhan remaja adalah nutrisi, aktifitas fisik dan tidur. Kementerian kesehatan dalam http://www.p2ptm.kemkes.go.id/ menuliskan beberapa manfaat aktifitas fisik pada remaja seperti, berjalan, lari, bersepeda serta olah raga, antara lain dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otot, sistem saraf, meningkatkan proses pemadatan tulang, mengontrol berat badan serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan tubuh. Bahkan aktifitas fisik dapat meningkatkan pengetahuan, kecerdasan, kreatifitas, produktifitas dan membantu dalam perkembangan interaksi sosial, percaya diri dan menjauhkan dari perilaku negatif.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan metode belajar dimana peserta didik dengan pengajar berada di lokasi yang berbeda, sehingga diperlukan sistem telekomunikasi yang interaktif untuk dapat terhubung satu dengan lainnya untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Praktiknya PJJ pada peserta didik, biasanya dilakukan di rumah. Kondisi ini ditambah dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mencegah penularan covid-19. Melihat kegiatan belajar mengajar seperti PJJ, dapat dikatakan bahwa peserta didik yang dalam konteks tulisan ini adalah remaja, mengalami pembatasan aktifitas fisik.  Pada rentang waktu 1-2 minggu atau 1-2 bulan, mungkin tidak terlalu berpengaruh selama remaja tetap beraktifitas fisik ringan dirumah. Tetapi bila kondisi PJJ ini berkepanjangan hingga 1-2 tahun atau seperti disampaikan Prof Zubairi Djoerban, yang mengatakan ada kemungkinan pandemi covid-19 bersifat 'permanen', maka tentu hal ini menjadi kekhawatiran kita semua terkait pertumbuhan remaja.

Risiko “Learning Loss
Beberapa ahli mendefinisikan arti belajar secara berbeda-beda, tapi semua mengarah pada arti belajar sebagai tahapan perubahan perilaku individu sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif adalah proses individu dalam memperoleh pengetahuan tentang apa saja, yang meliputi proses berfikir, belajar, menangkap, juga mengingat. Menurut Kementerian Pendidikan learning loss adalah hilangnya kesempatan belajar karena berkurangnya intensitas interaksi dengan guru saat proses pembelajaran, yang mengakibatkan penurunan penguasaan kompetensi siswa. Kompetensi sendiri adalah kemampuan individu pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Mengapa interaksi dengan guru seperti yang terjadi pada proses belajar tatap muka itu penting? Mengapa PJJ berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang, baik pada aspek kognitif maupun perkembangan karakter?

Dalam periode kehidupan seseorang, ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Seperti seorang bayi dengan tugas perkembangan seperti belajar mengenal lingkungan, belajar berbicara, berjalan dan anak-anak yang belajar ketangkasan fisik, bermain, dll. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan sebagai suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan pada tugas perkembangan selanjutnya, tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.  Anak remaja dengan pertumbuhan fisik yang normal, tentu sudah masuk pada masa pubertas, dimana seks sekunder sudah berkembang dan mereka harus belajar menerima kondisi fisiknya, menjaga, dan merawatnya secara bijaksana. Mereka juga harus belajar menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita. Belajar mencapai kemandirian emosional, belajar bergaul, dan mengembangkan skala nilai, dll.


Pembelajaran secara tatap muka dimana ada interaksi peserta didik dengan guru dan banyak teman sebayanya, memungkinkan anak remaja melalui tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Disekolah anak remaja tidak hanya belajar menambah ilmu pengetahuannya, tetapi juga banyak keterampilan dan sikap yang bisa dikembangkan dan dilatih dalam interaksi tersebut. Mereka bisa mengasah minat dan bakatnya dalam kesenian, olah raga, menulis cerpen, membaca puisi, berfikir kritis dan bagaimana bergaul yang sehat. Mereka juga bisa mengembangkan nuraninya serta nilai-nilai positif dimasyarakat dengan berlatih sabar terhadap temannya, jujur dalam bersikap, rela berkorban, serta berjuang untuk meraih hasil maksimal. Remaja juga bisa berlatih kepemimpinan dalam berorganisasi, atau berkompetisi secara sehat. Pembelajaran nilai-nilai kehidupan baik langsung maupun tidak, yang dilalui remaja dalam interaksinya dengan guru dan teman-temannya, tentu akan mengasah kompetensi mereka sesuai tugas perkembangannya. Dari sini diharapkan akan terbentuk karakter yang baik dan kognitif anak dapat berkembang dengan maksimal sesuai harapan kita semua


Penutup


Dampak PJJ yang berkepanjangan, seperti ditulis kemendikbud salah satunya adalah adanya kendala pada tumbuh kembang anak. Banyak penelitian yang mendukung pernyataan tersebut dan tulisan ini pun mengupas sedikit bagaimana ketidakoptimalan pertumbuhan dan risiko learning loss dapat terjadi khususnya pada tumbuh kembang remaja. Kesehatan dan keselamatan tentu menjadi prioritas utama, tapi bagaimana sehat optimal tidak hanya fisik, tapi juga psikis, dan sosial mereka perlu kita upayakan. Peran orang tua, keluarga terdekat dengan anak/remaja sangat penting karena PJJ membuat waktu mereka banyak dihabiskan ditengah keluarga. Sebisa mungkin orang tua/keluarga dapat mendampingi anak remajanya melalui tugas-tugas perkembangannya, agar dampak PJJ dapat diminimalisir. (dsd)

No comments:

Post a Comment